1. Halalnya Uang Belanja Dalam Sepotong Roti
Alkisah pada suatu hari Khalifah Umar
Bin Abdul Aziz disediakan makanan oleh Istrinya yang beda dari
biasanya.. saat itu ada sepotong roti yang masih hangat, harum dan
wangi tampak roti itu begitu lezatnya hingga membangkitkan selera.
Sang Khalifah merasa heran dan bertanya
pada Istrinya : “ Wahai Istriku dari mana kau memperoleh roti yang harum
dan tampak lezat ini ? “.
Istrinya menjawab “ Ooh itu buatanku
sendiri wahai Amirul Mukminin , aku sengaja membuatkan ini hanya untuk
menyenangkan hatimu yang setiap hari selalu sibuk dengan urusan negara
dan umat “.
“ Berapa uang yang kamu perlukan untuk membuat roti seperti ini “ tanya Khalifah.
“ Hanya tiga setengah dirham saja , kenapa memangnya“ jawab sang istri
“ Aku perlu tahu asal usul makanan dan
minuman yang akan masuk ke dalam perutku ini, agar aku bisa
mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah SWT nanti “ jawab Khalifah,
dan bertanya lagi “ terus uang yang 3,5 dirham itu kau dapatkan dari
mana ? “.
“Uang itu saya dapatkan dari hasil
penyisihan setengah dirham tiap hari dari uang belanja harian rumah
tangga kita yang selalu kau berikan kepadaku , jadi dalam seminggu
terkumpulah 3.5 dirham dan itu cukup untuk membuat roti seperti ini
yang halalan toyyiban “ jawab istrinya.
“ Baiklah kalau begitu . Saya percaya
bahwa asal usul roti ini halal dan bersih “ kata Khalifah yang lalu
menambahkan “ Berarti kebutuhan biaya harian rumah tangga kita harus
dikurangi setengah dirham, agar tak mendapat kelebihan yg membuat kita
mampu memakan roti yang lezat atas tanggungan umat “.
Kemudian Khalifah memanggil Bendahara
Baitul Maal (Kas Negara) dan meminta agar uang belanja harian untuk
rumah tangga Khalifah dikurangi setengah dirham. Dan Khalifah berkata
kepada istrinya “ saya akan berusaha mengganti harga roti ini agar hati
dan perut saya tenang dari gangguan perasaan, karena telah memakan harta
umat demi kepentingan pribadi “.
Subhanalaah …Cerita ini benar2
mengandung keteladanan dari seorang Khalifah atau Presiden pimpinan
negara yang begitu kuat berprinsip dan berhati-hati bahwa apapun yang
dimakan dan minum harus benar2 tahu asal usul nya bahwa semua itu
didapat secara halal dan benar. sebagai khalifah dia juga tak mau
menggunakan serta menghamburkan uang negara untuk kepentingan pribadi.
kalau biaya rumahtangganya cukup 3 dirham sehari kenapa mesti 3.5
dirham.
2. Dua Setengah Tahun Memerintah Berhasil Mengentaskan Kemiskinan Seluruh Umat
Umar berhasil mensejahterakan rakyat di
seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah. Ibnu Abdil Hakam
meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkata,
‘'Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika.
Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-orang
miskin. Namun saya tidak menjumpai orang miskin seorangpun".
Di bidang fiskal, Umar memangkas pajak
dari orang Nasrani. Tak cuma itu, ia juga menghentikan pungutan pajak
dari mualaf. Kebijakannya itu telah menumbuhkan simpati dari kalangan
non Muslim sehingga mereka berbondong-bondong memeluk agama Islam.
Inilah sebenarnya cara penyebaran islam dengan akhlaq mulia seperti
dicontohkan Nabi Muhammad SAW, bahwa Islam Tidak Mengajarkan Kekerasan
Konon semasa ia menjabat sebagai
Khalifah, walaupun hanya 2,5 tahun tak satu pun mahluk dinegerinya
menderita kelaparan. Tak ada serigala mencuri ternak penduduk kota, tak
ada pengemis di sudut-sudut kota, tak ada penerima zakat karena setiap
orang mampu membayar zakat. Lebih mengagumkan lagi, penjara tak ada
penghuninya. Sejak di angkat menjadi Khalifah Umar bertekad, dalam
hatinya ia berjanji tidak akan mengecewakan amanah yang di embannya.
Akhirnya dia berhasil mengelola negara dan memanifestasikan hadits Nabi
SAW, “Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan
(rakyat), dan dia akan diminta pertanggungjawabannya terhadap
rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Siapakah Umar Bin Abdul Aziz itu
Umar bin Abdul Aziz adalah seorang
Khalifah atau Presiden yang memimpin Pemerintahan Islam selama 2,5 tahun
yaitu pada tahun 717 M s/d 720 M. Beliau dilantik menjadi Khalifah pada
usia 37 tahun , usia yang tergolong muda untuk memimpin sebuah negara
Islam yang besar dan luas kala itu.
Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan,
yaitu Gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul Malik. Ibunya bernama
Ummu Asim binti Asim. Umar bin Abdul Aziz adalah cicit dari Khulafaur
Rasyidin kedua yaitu Umar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya
sebagai salah seorang Sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling dekat dan
dimasa pemerintahannya berhasil mengembangkan dan memperluas wilayah
kekuasaan Islam .
Umar bin Abdul Aziz sangat bersedih
ketika diberi jabatan (amanah) oleh umat untuk menjadi Khalifah , ini
dikisahkan oleh isterinya, Fatimah yang melihat Umar sedang menangis di
kamarnya. Fatimah pun menanyakan apa yang terjadi pada diri suaminya.
Lalu Umar menjawab, “Ya Fatimah, saya telah dijadikan penguasa atas kaum
muslimin dan orang asing, saya memikirkan nasib kaum miskin yang sedang
tertimpa kelaparan, kaum telanjang dan sengsara, kaum tertindas yang
sedang mengalami cobaan berat, kaum tak dikenal dalam penjara,
orang-orang tua yang patut dihormati, orang yang mempunyai keluarga
besar namun penghasilannya sedikit, serta orang2 dalam keadaan serupa di
Negara-negara di dunia dan propinsi-propinsi yang jauh. Saya merasa
bahwa Tuhanku akan bertanya tentang mereka pada Hari Berbangkit dan saya
takut bahwa pembelaan diri yang bagaimana pun tidak akan berguna bagi
saya. Lalu saya menangis.” Subhanallah begitu sedihnya beliau menerima
jabatan itu.
Tugas negara adalah mengubah teori
menjadi kenyataan, mengubah norma menjadi undang-undang, dan memindahkan
keindahan etika .menjadi praktek sehari-hari.” (Yusuf Qardhawi )
4. Khalifah Umar Bin Abdul Aziz Dan Lilin Negara
Pada Suatu malam datang seorang utusan
dari salah satu daerah dan sampai di depan pintu rumah Khalifah
menjelang malam. Setelah mengetuk pintu seorang penjaga menyambutnya.
Utusan itu pun mengatakan, “Beritahu Amirul Mukminin bahwa yang datang
adalah utusan gubernurnya.” Penjaga itu dan memberitahu Umar yang hampir
saja berangkat tidur. Umar pun duduk dan berkata, “Ijinkan dia masuk.”
Utusan itu masuk, dan Umar memerintahkan
untuk menyalakan lilin yang besar. Umar bertanya kepada utusan tersebut
tentang keadaan penduduk kota, dan kaum muslimin di sana, bagaimana
perilaku gubernur, bagaimana harga-harga, bagaimana dengan anak-anak,
orang-orang muhajirin dan anshar, para ibnu sabil, orang-orang miskin.
Apakah hak mereka sudah ditunaikan? Apakah ada yang mengadukan?
Utusan itu pun menyampaikan segala yang diketahuinya tentang kota tanpa ada yang disembunyikannya kepada Khalifah.
Semua pertanyaan Umar dijawab lengkap
oleh utusan itu. Ketika semua pertanyaan Umar telah selesai dijawab ,
utusan itu balik bertanya kepada Umar.
“Ya Amirul Mukminin, bagaimana keadaan
dirimu sendiri ?, Bagaimana keluargamu, seluruh pegawai dan orang-orang
yang menjadi tanggung jawabmu ? . Umar pun kemudian dengan serta merta
meniup lilin tersebut dan berkata, “Wahai pelayan, nyalakan lampunya!”
Lalu dinyalakannlah sebuah lampu kecil yang hampir tak bisa menerangi
ruangan karena cahayanya yang teramat kecil.
Umar melanjutkan perkataanya, “Sekarang
bertanyalah apa yang kamu inginkan” . Utusan itu bertanya tentang
keadaannya. Umar memberitahukan tentang keadaan dirinya, anak-anaknya,
istri, dan keluarganya.
Rupanya utusan itu sangat tertarik
dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Khalifah Umar dengan
mematikan lilin. Dia bertanya, “Ya Amirul Mukminin, aku melihatmu
melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.” Umar menimpali, “Apa
itu?”
“Engkau mematikan lilin ketika aku menanyakan tentang keadaanmu dan keluargamu.”
Umar berkata, “Wahai hamba Allah, lilin
yang kumatikan itu adalah harta Allah, harta kaum muslimin. Ketika aku
bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin itu dinyalakan demi
kemaslahatan mereka. Begitu kamu membelokan pembicaraan tentang keluarga
dan keadaanku, maka aku pun mematikan lilin milik kaum muslimin.”
Subhanallah, Segitu besar kesungguhan Umar dalam menjaga harta kaum muslimin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar